co-firing (PLN)
Keberhasilan co-firing ini tidak lepas dari dukungan masyarakat. Program ini turut meningkatkan perekonomian daerah melalui keterlibatan langsung warga dalam penyediaan biomassa. Rantai pasok biomassa melibatkan berbagai pihak, mulai dari koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), komunitas lokal, hingga pemerintah daerah.
Misalnya, sejak Maret 2023, PLN bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta dalam mengembangkan kawasan Green Economy yang memanfaatkan sumber daya lokal untuk mendukung target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060.
PLN juga menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah di seluruh Indonesia, khususnya di wilayah dengan potensi biomassa yang melimpah. Kerja sama ini mencakup pemanfaatan sampah dari pemerintah daerah serta hasil hutan berupa kayu dan limbah pertanian seperti sekam padi, serbuk gergaji, dan cangkang sawit.
Dengan cara tersebut, PLN tidak hanya memanfaatkan biomassa sebagai pengganti batubara, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan sumber pendapatan baru bagi masyarakat.
PLN berkomitmen untuk terus mengembangkan teknologi co-firing hingga tahun 2025. Rencananya, sebanyak 52 PLTU di seluruh Indonesia akan dilengkapi dengan teknologi ini. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kontribusi energi bersih dalam bauran energi nasional secara signifikan.
Pada tahun 2024, PLN menargetkan untuk menyerap 2 juta ton biomassa dengan tujuan mencapai 2 TWh energi bersih, meningkat dari target 1,04 TWh di tahun 2023. PLN juga akan memperluas cakupan PLTU yang menerapkan teknologi co-firing, serta meningkatkan jenis biomassa yang digunakan untuk memastikan pasokan yang stabil dan berkelanjutan.
Hingga 2025, PLN menargetkan total penyerapan biomassa sebesar 10,2 juta ton per tahun, yang diharapkan dapat mengurangi emisi karbon sebesar 11 juta ton CO2 setiap tahun.