Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak tarif resiprokal yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) terhadap produk yang diproduksi dari Indonesia.
Sri Mulyani menjelaskan potensi dampak tarif terhadap berbagai barang yang diproduksi di Indonesia, termasuk mainan anak-anak seperti Barbie dan Hot Wheels.
"Mungkin teman-teman disini tau Barbie ya, Barbie bukan film, Barbie boneka, Barbie boneka itu majority bikinan dari kita. Jadi waktu pertemuan dengan US Treasury, Barbie muncul percakapan mengenai Barbie. Karena Amerika impor Barbie paling besar dan produser terbesar memang dari Indonesia," ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu 30 April 2025.
Tak hanya Barbie, mainan mobil-mobilan Hot Wheels juga menjadi sorotan Sri Mulyani.
Baca juga: Sri Mulyani Umumkan APBN Tekor Rp104 Triliun Hingga Akhir Maret 2025
"The second largest adalah Hot Wheels, itu adalah mobil-mobilan mainan yang kalau Indonesia yang kita bilang Tamiya dari dulu ya," ungkap Sri Mulyani.
"Nah ini mainan anak-anak mungkin buat anak-anak semuanya kayaknya gak penting. Jangan bilang tidak penting, ini penting karena nanti mereka akan Christmas, akan Black Friday," sambungnya.
Menurut Sri Mulyani, tarif balasan ini bisa berdampak langsung pada harga mainan yang dijual di pasar AS, yang pada akhirnya berpengaruh pada permintaan dan ekspor dari Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani juga menekankan bahwa produk lain seperti pakaian jadi dan sepatu berpotensi terkena imbas yang serupa.
"kalau sepatunya itu yang New Balance, Converse, Adidas, Nike itu cukup banyaknya dari kita. Dan itulah yang kita perlu perhatikan karena mereka juga relatif cukup menciptakan kesempatan kerja," beber Sri Mulyani.
Baca juga: DJP Catat Ribuan Wajib Pajak Badan Ajukan Penundaan Pelaporan SPT 2024
Seperti diketahui, aturan impor baru yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada awal April 2025 lalu menjadi sorotan dunia perdagangan internasional.
Besaran tarif resiprokal ditetapkan sebesar 10 persen untuk semua negara. Untuk Indonesia, AS memberlakukan tarif sebesar 32 persen.