Langkah Airlangga mengundurkan diri telah menimbulkan berbagai spekulasi. "Saya coba juga dengar omongan orang-orang yang dekat dengan dia. Ada yang bilang ini baik buat Pak Airlangga pribadi dan keluarganya. Jadi saya pikir kalau dari semua analisis itu, jelas ada satu pilihan yang berat bagi dia. Kalau dia tidak mundur itu beratlah kira-kira risikonya, karena itu dia putuskan mundur," imbuhnya.
Bambang Harymurti menduga keputusan mundur Airlangga adalah bentuk kepanikan Jokowi. "Saya pikir akhirnya kesimpulan saya, belum tentu benar ya, ini adalah pertanda Jokowi panik. Kenapa? Karena kita semua sudah tahu, kalau Munas Golkar itu bulan Desember, artinya efek Jokowi itu tidak ada lagi di sana. Padahal Pak Jokowi itu akan punya pengaruh besar yang terakhir tanggal 29 Agustus," ucapnya.
"Karena begitu 29 Agustus, semua pencalonan sudah masuk. Pak Jokowi posisinya sebagai lame duck (bebek lumpuh) akan terjun langsung," cetusnya.
Menurutnya, jika Jokowi sudah tidak berkuasa dan bukan ketua partai, maka dia dianggap bukan siapa-siapa lagi. "Kadang-kadang hukum karma, kalau kita menggunakan politisasi hukum terhadap lawan politik kita, pada saat kita tidak berkuasa, musuh politik kita bisa menggunakan politisasi terhadap kita dan keluarga kita," tukas Bambang Harymurti.