Negara yang berhasil memadukan budaya dalam pelbagai organisasi nasional, dapat meningkatkan daya saing di kancah global. Contoh, negara yang menjadikan budaya sebagai merek nasional, seperti Jepang budaya popnya, Korea Selatan K-pop dan K-drama. Budaya kuat menjadi bagian integral identitas nasional menarik dimata dunia, meningkatkan kekuasaan lunak (soft power) dari budaya, bukan dari militer, mampu menarik perhatian dunia, dan daya saing ekonomi (Kroenig DKK, 2010).
Budaya bangsa yang kuat, jika dikelola baik melalui manajemen strategis, dapat menjadi pilar penting meningkatkan daya saing bangsa (Pederzini, 2016), tidak hanya mendukung ekonomi tetapi juga memperkuat identitas nasional di panggung global
Manajemen Strategis dan Daya Saing Bangsa
Manajemen strategis adalah perencanaan, implementasi, evaluasi kegiatan dan budaya, dirancang untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi atau negara (Pellessier & Kruger, 2011). Dalam konteks bangsa, strategis merumuskan kebijakan pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya. Strategi ini mempertimbangkan kekuatan budaya bangsa sebagai sumber daya saing bangsa.
Daya saing bangsa merujuk kemampuan negara bersaing secara efektif di pasar global. Keunggulan kompetitif memungkinkan negara menarik investasi, industrialisasi, dan meningkatkan kesejahteraan warganya.
Umumnya negara dengan budaya kuat, memiliki daya saing. Budaya bangsa yang kuat dapat mentransformasi korporasi menghasilkan budaya kompetitif yang kuat (Samad DKK, 2018); serta mewujudkan daya saing produk di pasar, juga akan menghasilkan daya saing bangsa di pasar global. Namun bukan Negara berkompetisi, tetapi perusahaan di negara tersebut (Porter, 1985). Budaya tidak hanya perkaya identitas nasional, tetapi dapat juga menjadi sumber inovasi ekonomi dan diplomasi. Contoh negara maju, memiliki budaya bangsa yang kuat dan menghasilkan daya saing di pasar internasional, antara lain:
Jokowi dan Iriana Pakai Kebaya (Instagram)