Ntvnews.id, Jakarta - Hilirisasi yang dijalankan pemerintah Indonesia sejak awal Januari 2020 menjanjikan keuntungan berlipat. Di industri nikel misalnya, pengolahan bijih nikel menjadi komoditas feronikel menghasilkan nilai tambah 14 kali lipat. Bila diolah menjadi produk olahan lanjutan seperti billet SS, nilai tambahnya lebih tinggi lagi menjadi 19 kali.
Presiden Joko Widodo menekankan bahwa hilirisasi industri menjadi salah satu langkah penting Indonesia untuk menjadi negara maju pada 2045. Selain untuk pertambangan mineral, hilirisasi juga bisa diimplementasikan di sektor perkebunan, pertanian, dan perikanan.
Baca Juga:
Prabowo Suarakan Dukungan untuk Kemerdekaan Palestina saat Pidato Pertama
Gempa Bumi Magnitudo 4,8 Guncang Parigi Moutong, Sulawesi Tengah
Keberhasilan hilirisasi akan membawa dampak lanjutan signifikan untuk target Indonesia menjadi negara maju. “Kalau hitung-hitungannya World Bank, McKinsey, IMF, OECD, itu di 2040 sampai 2045, saya yakin ini bisa agak maju,” kata Jokowi dalam acara pengukuhan Pengurus Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia di Jakarta pada Juli 2023.
Indonesia pun melarang ekspor barang mentah seperti nikel dan bauksit. Cerah bagi masa depan Indonesia, kebijakan hilirisasi justru membayangi perkembangan industri baja di Eropa. Baru berjalan setahun, kebijakan Indonesia itu digugat negara-negara Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada awal 2021.