"Saya membayangkan diri saya memenggal kepalanya. Jadi, saya menyadari bahwa itu beracun, begitulah imajinasi saya, dan saya tidak tahu apa-apa. Kemudian saya mengatakan bahwa ini sudah berakhir," kata Sara Duterte.
Dia mengingat saat menghadiri upacara wisuda bersama Marcos Jr di mana dia mendengar percakapan Presiden Filipina itu dengan seorang siswa.
"Para wisudawan berkata Bapak Presiden, bolehkah saya mendapatkan jam tangan Anda sebagai hadiah wisuda? Dia menjawab 'Mengapa, mengapa saya harus memberikan Anda jam tangan saya?'," ujar Sara Duterte.
"Saya sakit mendengarnya dan saya merasa ingin memenggal kepalanya. Tidak ada gunanya jika dua orang yang duduk di samping saya menertawakan anak itu," tambahnya.
Sara juga menegaskan bahwa perintahnya harus dilaksanakan jika dirinya tewas, meskipun dia tidak merinci lebih jauh terkait ancaman terhadap nyawanya.
Menanggapi ancaman Sara, Kantor Kepresidenan Filipina menyatakan bahwa pernyataan tersebut adalah ancaman serius. Mereka merujuk kasus ini kepada Komando Keamanan Kepresidenan untuk mengambil tindakan.
"Setiap ancaman terhadap nyawa Presiden harus ditanggapi dengan serius, terutama ancaman yang diungkapkan secara jelas di depan publik," tegas pernyataan dari Kantor Komunikasi Kepresidenan Filipina.