Ntvnews.id
PBB mengonfirmasi bahwa staf UNOPS itu tewas ketika dua fasilitas PBB diserang, sementara lima personel lainnya mengalami cedera serius.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Oren Marmorstein, menyatakan bahwa investigasi awal "tidak menemukan hubungan" antara operasi militer Israel dengan serangan tersebut.
"Kondisi dari insiden tersebut sedang diselidiki," katanya, seraya menambahkan bahwa Israel memfasilitasi evakuasi jenazah korban dan korban luka-luka dari lokasi kejadian.
Baca juga: Hamas: Israel Ratusan Kali Langgar Gencatan Senjata di Gaza
Para korban luka akan mendapatkan perawatan di rumah sakit Israel, ungkapnya dalam sebuah unggahan di platform media sosial X.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengecam serangan tersebut sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.
"Semua lokasi bangunan PBB telah diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, yang berkewajiban untuk melindungi tempat-tempat tersebut," ujar seorang juru bicara PBB dalam sebuah pernyataan.
Guterres menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada keluarga korban dan ia menambahkan, insiden ini semakin menambah jumlah staf PBB yang kehilangan nyawa di Gaza sejak 7 Oktober 2023, dengan total mencapai sedikitnya 280 orang.
"Bangunan-bangunan itu telah diketahui dengan baik oleh Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) dan mereka 'tidak terlibat dalam konflik'," kata kepala UNOPS Jorge Moreira da Silva. Ia menambahkan bahwa sudah jelas ada personel PBB di dalamnya pada saat itu.
"Ini bukan kecelakaan, ini insiden," ujarnya kepada para reporter, seraya mengatakan informasi tambahan sedang dikumpulkan.
Baca juga: Genosida di Gaza Berlanjut, Israel Bunuh Ratusan Warga Palestina
Pada Rabu, militer Israel membantah tuduhan bahwa mereka menyerang kompleks PBB di Deir al-Balah.
"Berlawanan dengan laporan yang ada, IDF tidak menargetkan fasilitas PBB di Deir al-Balah," ujar mereka dalam pernyataan resmi.
Insiden ini berlangsung di tengah serangan militer Israel di Gaza, yang diklaim pejabat setempat sebagai upaya menargetkan kelompok Hamas.
Di sisi lain, otoritas kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 400 warga Palestina kehilangan nyawa sejak Selasa, 18 Maret 2025, termasuk sedikitnya 170 anak dan 80 wanita, setelah Israel kembali menggempur wilayah tersebut usai jeda gencatan senjata yang berlangsung sejak 19 Januari.
Militer Israel mengatakan operasi tersebut bertujuan untuk
"melenyapkan ancaman Hamas" dan akan melanjutkannya "sampai target-target strategis tercapai."
(Sumber: Antara)