Ntvnews.id, Jakarta - Nigeria telah menyelesaikan pelunasan seluruh pinjaman sebesar US$3,4 miliar atau sekitr Rp55,8 triliun kepada Dana Moneter Internasional (IMF). Pelunasan ini terjadi di tengah pelaksanaan kebijakan fiskal yang dinilai sehat oleh pemerintah negara dengan populasi terbanyak di Afrika tersebut.
Dilansir dari Voice of Africa, Selasa, 20 Mei 2025, dana tersebut awalnya dipinjam oleh Abuja dari IMF pada masa puncak pandemi Covid-19 tahun 2020 melalui skema Instrumen Pembiayaan Cepat (RFI). RFI dirancang untuk memberikan dukungan keuangan darurat kepada negara-negara yang menghadapi tekanan berat dalam neraca pembayaran.
Nigeria memanfaatkan pinjaman itu untuk membiayai layanan kesehatan publik, melindungi kelompok rentan, serta menjaga stabilitas sektor-sektor kunci dalam perekonomian. Dana tersebut berperan penting dalam mencegah krisis ekonomi selama masa-masa paling kritis saat pandemi melanda.
Baca Juga: Naik 6,4 Persen, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus 430,4 Miliar Dolar AS
Meskipun pinjaman itu awalnya ditujukan untuk jangka panjang, Nigeria berhasil melakukan pelunasan lebih cepat dari jadwal. Keberhasilan ini dinilai para analis sebagai hasil dari peningkatan disiplin anggaran serta penguatan cadangan devisa negara.
"Sementara Nigeria akan terus mengenakan biaya Hak Penarikan Khusus (SDR) minimal yang diperkirakan sebesar US$ 30 juta per tahun hingga tahun 2029, pokok utang telah dilunasi sepenuhnya," ujar Christian Ebeke, Perwakilan Tetap IMF di Nigeria, Selasa, 20 Mei 2025.
Menanggapi hal ini, O’tega Ogra, Asisten Khusus Senior Presiden Bola Ahmed Tinubu untuk Keterlibatan dan Strategi Digital, menyebut pelunasan tersebut sebagai "sinyal disiplin, transparansi, dan visi ekonomi baru."
"Nigeria tetap menjadi anggota IMF dan akan terus bekerja sama dengan organisasi tersebut tetapi dari posisi kemitraan, bukan ketergantungan," tambahnya.
Pelunasan utang IMF ini dilakukan di tengah upaya Nigeria menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI) dan memperkuat fondasi makroekonominya. Sejumlah analis memperkirakan langkah ini akan berkontribusi terhadap perbaikan peringkat kredit Nigeria, menurunkan biaya pinjaman, dan memperkuat citra negara sebagai pemain ekonomi yang serius di kawasan Afrika.
Baca Juga: IMF Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh Sebesar 5,1 Persen Tahun Ini
Agar tetap berada di jalur yang berkelanjutan, Nigeria disarankan untuk fokus meningkatkan penerimaan dari sektor nonmigas, memangkas pengeluaran yang tidak produktif, meningkatkan efisiensi perpajakan, dan mempercepat reformasi struktural terutama di bidang ketenagalistrikan, transportasi, dan teknologi.
Meski begitu, tantangan seperti inflasi, fluktuasi nilai tukar, dan tingginya tingkat pengangguran di kalangan pemuda masih menjadi hambatan bagi prospek ekonomi jangka panjang. Oleh karena itu, sejumlah kebijakan seperti pencabutan subsidi bahan bakar, penyatuan nilai tukar mata uang, dan ekspansi infrastruktur digital perlu dijalankan secara hati-hati untuk memastikan hasil yang berkelanjutan.
Mengacu pada laporan Forbes 2024, Nigeria berada di peringkat ke-6 negara termiskin di dunia, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebesar US$1.675, sementara kisaran PDB negara termiskin umumnya berada antara US$455 hingga US$1.996.