Ntvnews.id, Jakarta - Komitmen Kabupaten Siak sebagai Kota Wakaf dan Kabupaten Hijau kembali ditegaskan melalui Roadshow Kampanye Kajian Ekoteologi dan Workshop Wakaf Hutan yang diselenggarakan hari ini. Kegiatan ini bertujuan memperkuat peran wakaf dalam pelestarian alam, khususnya pada hutan gambut yang mencakup 50 persen dari total luas wilayah Siak.
Acara ini dihadiri oleh Wakil Bupati Siak, H. Husni Merza, BBA, MM; Kasubdit Bina Kelembagaan dan Kerjasama Zakat dan Wakaf Kemenag RI, H. Muhibuddin, S.Fil.I, ME; Kabid Penais Zakat dan Wakaf Kanwil Kemenag Provinsi Riau, H. Mas Jeki, M.Si; Plt. Kemenag Siak, Drs. Wandi Utama; serta para camat, lurah, perwakilan Baznas, dan BWI se-Provinsi Riau. Kehadiran para pemangku kepentingan ini menunjukkan sinergi lintas lembaga dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui pendekatan wakaf.
Lebih dari 100 peserta, yang terdiri dari nazhir, penyuluh, Kepala KUA, ormas Islam, dan perwakilan mahasiswa, turut ambil bagian dalam kegiatan ini.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Siak menegaskan bahwa kegiatan ini sejalan dengan visi pembangunan Kabupaten Siak yang mengedepankan konsep ramah lingkungan dan berbasis wakaf.
“Kami ingin generasi muda, khususnya mahasiswa, menulis skripsi dan meneliti bagaimana memanfaatkan alam tanpa merusaknya. Ingat, alam bukan warisan nenek moyang, tapi titipan anak cucu kita,” ujar Husni Merza.
Husni juga menekankan bahwa menjaga hutan bukan hanya kewajiban adat, tetapi juga perintah agama yang harus dijaga dengan baik.
Sementara itu, Kasubdit Bina Kelembagaan dan Kerjasama Zakat dan Wakaf Kemenag RI, H. Muhibuddin, mengungkapkan bahwa dalam Al-Qur’an terdapat lebih dari 800 ayat yang membahas tentang alam dan fenomena alam.
“Wakaf hutan memiliki potensi luar biasa, tidak hanya menyumbang oksigen bagi kehidupan, tetapi juga menjadi sumber sosial, produktif, dan ekonomi bagi kesejahteraan umat,” jelas Muhibuddin.
Program ekoteologi dan pemberdayaan ekonomi umat yang diusung oleh Kementerian Agama menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan wakaf kini bersifat strategis dan berdampak luas, tidak sekadar simbolik.
“Kami ingin mengabadikan pahala dari wakaf yang ditunaikan. Pengelolaan wakaf produktif oleh nazhir harus mampu menyentuh manfaat nyata bagi masyarakat,” tambahnya.
Muhibuddin juga mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor demi keberlanjutan wakaf hutan.
“Mari kita bangun kerja sama lintas sektor untuk memperkuat wakaf, khususnya wakaf hutan, agar bisa diwariskan sebagai sumber kebaikan dan keberlanjutan bagi generasi yang akan datang,” tutupnya.
Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah konkret dalam menjaga kelestarian alam melalui pendekatan wakaf produktif, sekaligus menginspirasi kolaborasi lintas sektor dalam pelestarian lingkungan.