Ntvnews.id, Jakarta - Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam) dari Kementerian Agama mengimbau seluruh umat Islam di Indonesia agar memanfaatkan momen langka pada Selasa dan Rabu, 27 dan 28 Mei 2025, untuk memverifikasi kembali arah kiblat secara langsung.
Seruan ini berkaitan dengan terjadinya peristiwa astronomis yang dikenal sebagai Istiwa A’zam atau Rashdul Kiblat, yaitu saat posisi matahari tepat berada di atas Ka'bah, menjadikannya waktu yang ideal untuk menentukan arah kiblat secara presisi.
"Pada saat itu, bayangan benda yang berdiri tegak lurus akan membelakangi arah kiblat secara akurat. Waktu ini dinilai sebagai momen tepat untuk memverifikasi kembali arah kiblat," ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag, Arsad Hidayat di Jakarta, Rabu.
Arsad menambahkan bahwa dalam ilmu falak atau astronomi, terdapat berbagai cara yang bisa digunakan untuk mengecek arah kiblat. Beberapa metode yang umum dipakai antara lain menggunakan kompas, alat theodolite, maupun dengan menyaksikan langsung fenomena Rashdul Kiblat.
Arsip - Ilustrasi -Jamaah calon haji melakukan tawaf atau memutari Ka'bah seusai sholat subuh di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi, Selasa (13/6/2023). (Antara)
Ia menjelaskan bahwa peristiwa ini akan berlangsung pada Selasa dan Rabu, 27 dan 28 Mei 2025, tepat pukul 16.18 WIB atau 17.18 WITA, ketika posisi matahari berada lurus di atas Ka’bah.
Agar pengukuran arah kiblat melalui peristiwa ini bisa dilakukan secara akurat, ada sejumlah hal penting yang perlu diperhatikan.
Pertama, benda yang dijadikan sebagai penunjuk arah harus dalam posisi benar-benar tegak lurus. Dianjurkan menggunakan alat bantu seperti benang bandul atau lot agar lebih presisi.
Kedua, tempat di mana benda penunjuk diletakkan sebaiknya memiliki permukaan datar. Jika permukaannya miring atau tidak rata, bayangan yang terbentuk bisa menyimpang dari arah kiblat yang sebenarnya.
Ketiga, waktu pengamatan harus sangat tepat, yakni pada pukul 16.18 WIB atau 17.18 WITA di tanggal yang sudah disebutkan. Untuk memastikan ketepatan waktu, disarankan mengacu pada jam resmi dari lembaga seperti BMKG, RRI, atau Telkom.
Arsad menekankan bahwa Rashdul Kiblat hanya terjadi dua kali dalam setahun, sehingga umat Islam sebaiknya memanfaatkan momen ini untuk menyempurnakan arah kiblat secara ilmiah dengan cara yang sederhana.
"Ini adalah waktu yang sangat berharga bagi kita semua untuk memastikan arah kiblat dalam shalat benar-benar sesuai dengan Ka'bah," kata dia.