Jakarta Masuk 5 Besar Daftar Kota dengan Kualitas Udara Terburuk di Dunia

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 2 Jun 2025, 14:41
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Penulis & Editor
Bagikan
Suasana polusi udara yang menyelimuti bangunan Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara. Suasana polusi udara yang menyelimuti bangunan Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara.

Ntvnews.id, JakartaKualitas udara di Jakarta kembali menjadi sorotan setelah tercatat sebagai kota dengan polusi udara terburuk kelima di dunia pada Senin pagi, 2 Juni 2025. Berdasarkan data dari situs pemantau kualitas udara IQAir, indeks kualitas udara (AQI) ibu kota pada pukul 05.00 WIB tercatat di angka 140.

Angka tersebut menunjukkan bahwa kualitas udara di Jakarta masuk dalam kategori "tidak sehat bagi kelompok sensitif", dengan konsentrasi partikel halus (PM2.5) yang cukup tinggi.

Peringkat pertama kota dengan kualitas udara terburuk dipegang oleh Addis Ababa, Ethiopia, dengan AQI sebesar 164. Disusul oleh Dhaka, Bangladesh di posisi kedua dengan indeks 160, dan Kinshasa, Kongo di urutan ketiga dengan angka 156.

Baca Juga: Mobil Balap Listrik Gen3 Evo Diluncurkan, Jakarta E-Prix 2025 Makin Bergengsi

Untuk menangani persoalan ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta tengah mengadopsi pendekatan dari sejumlah kota besar dunia, seperti Paris dan Bangkok. Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengatakan bahwa Jakarta terus memperluas kapasitas pemantauan kualitas udaranya.

“Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 stasiun pemantau kualitas udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya lima unit. Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat,” ujar Asep dalam keterangannya di Jakarta pada Selasa, 18 Maret.

Ia menekankan bahwa keterbukaan data merupakan langkah penting untuk memperbaiki kualitas udara secara menyeluruh. Menurut Asep, penyampaian data polusi udara harus lebih transparan agar upaya intervensi bisa dilakukan dengan lebih efektif.

Baca Juga: Momen Hangat Simon Tahamata Sambut Patrick Kluivert, Alex Pastoor dan Denny Landzaat di Jakarta

“Yang dibutuhkan bukan hanya intervensi sesaat, tetapi langkah-langkah berkelanjutan dan luar biasa dalam menangani pencemaran udara,” jelasnya.

Sebagai bagian dari upaya itu, DLH DKI Jakarta berencana menambah 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors), yang bertujuan untuk memperluas cakupan pemantauan serta meningkatkan akurasi data yang diperoleh di lapangan.

(Sumber: Antara)

x|close