Ntvnews.id, Jakarta - Jembatan Cipamingkis yang menghubungkan Desa Cibarusah Kota dan Sirnajati, Kabupaten Bekasi, ambruk setelah dinding penyangganya ambrol dihantam derasnya aliran Sungai Cipamingkis. Akibatnya, akses kendaraan menuju kawasan tersebut ditutup total sejak Jumat, 11 Juli 2025 malam demi keselamatan pengguna jalan.
Peristiwa ini terjadi saat hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Aliran sungai dengan debit tinggi merobohkan tembok penyangga jembatan yang sebelumnya telah mengalami keretakan.
"Kerusakan terjadi saat hujan deras hingga membuat tembok retak sebelum akhirnya ambrol. Oleh sebab itu ketika kondisi sudah tidak memungkinkan untuk kepentingan keselamatan masyarakat, maka kami ambil keputusan untuk menutup sementara jalan yang melintasi Jembatan Cipamingkis,” kata Kapolsek Cibarusah AKP Widi Muldiyanto di lokasi kejadian, dilansir Antara.
Padahal, jembatan tersebut baru diresmikan tujuh bulan lalu. Kini, bagian tengah hingga sisi kanan badan jembatan ambruk ke dasar Sungai Cipamingkis. Ini menjadi kali keempat dalam sepuluh tahun terakhir jembatan tersebut mengalami kerusakan akibat terjangan arus sungai.
Penutupan akses membuat masyarakat yang biasa melintas harus memutar arah dan menggunakan jalur alternatif sejauh 7–8 kilometer, dengan tambahan waktu tempuh mencapai 40 menit.
“Jadi penutupan ini semata demi keselamatan masyarakat pengguna jalan meskipun akses jalannya kini menjadi lebih jauh,” tambah Kapolsek Widi.
Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga dan Bina Konstruksi Kabupaten Bekasi, Henri Lincoln, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan peninjauan langsung ke lokasi bersama Kementerian Pekerjaan Umum. Ia menjelaskan bahwa kerusakan terjadi pada dua titik utama.
“Jadi terjadi kerusakan pada dua bagian yaitu pada TPT (talud penahan tanah) serta dari konstruksi jembatan itu sendiri ada yang bergeser,” katanya.
Berdasarkan data dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan Perum Jasa Tirta, debit aliran Sungai Cipamingkis saat kejadian mencapai lebih dari 300 liter per detik. Tekanan kuat dari aliran tersebut diduga menjadi pemicu utama kerusakan struktur jembatan.
Henri juga mengungkap bahwa revitalisasi TPT sebenarnya telah dilakukan pada tahun sebelumnya, namun karena masih dalam tahap pemeliharaan selama dua tahun, maka tanggung jawab perbaikan berada di tangan kontraktor pelaksana.
“Masih menjadi tanggung jawab kontraktor untuk diperbaiki. Hanya saja perlu koordinasi dengan Kementerian PU sebab konstruksi jembatan juga perlu perbaikan,” ujarnya.
Ia menambahkan, jika hanya TPT yang diperbaiki tanpa perbaikan struktur jembatan secara menyeluruh, maka jembatan tidak akan bisa digunakan kembali.
“Perbaikan seperti apa, itu harus bersama-sama. Karena kalau TPT diperbaiki tapi jembatan tidak, tentu tidak bisa digunakan,” ucapnya.
Pemerintah Kabupaten Bekasi bersama Kementerian PUPR saat ini masih membahas dan mengkaji metode perbaikan paling efektif agar jembatan dapat segera difungsikan kembali.
“Kami masih membahas metode yang tepat agar perbaikan dapat dilakukan dengan cepat. Namun, untuk sementara akses jalan ditutup demi keselamatan. Nanti sebelum dibuka kembali, kami akan menguji kekuatan, apakah jembatan dapat dilalui sementara, minimal oleh kendaraan roda dua,” tutup Henri.
Warga diimbau untuk bersabar dan tetap menggunakan jalur alternatif hingga proses perbaikan selesai dan jembatan dinyatakan aman untuk dilintasi kembali.