A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Invalid argument supplied for foreach()

Filename: libraries/General.php

Line Number: 87

Backtrace:

File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler

File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular

File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once

AI Dinilai Bisa Percepat Akses Kesehatan di Indonesia, Tapi Tantangan Masih Membayangi - Ntvnews.id

AI Dinilai Bisa Percepat Akses Kesehatan di Indonesia, Tapi Tantangan Masih Membayangi

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 23 Jul 2025, 15:58
thumbnail-author
Dedi
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Setiaji, S.T., M.Si - Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan & Ketua Tim Transformasi Teknologi dan Digitalisasi Kesehatan (TTDK), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K), MARS - Direktur Utama, Rumah Sakit Jantung dan P Setiaji, S.T., M.Si - Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan & Ketua Tim Transformasi Teknologi dan Digitalisasi Kesehatan (TTDK), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K), MARS - Direktur Utama, Rumah Sakit Jantung dan P (NTVNews.id Dedi)

Ntvnews.id, Jakarta - Saat tengah tekanan pada sistem layanan kesehatan Indonesia memuncak, kecerdasan buatan (AI) muncul sebagai harapan baru. Namun, laporan terbaru mengungkap bahwa optimisme terhadap AI masih dibayang-bayangi kesenjangan infrastruktur, kepercayaan dan kesiapan sistem.

Laporan ini berasal dari Future Health Index (FHI) 2025, survei global yang dilakukan oleh Royal Philips terhadap tenaga kesehatan dan pasien di 16 negara, termasuk Indonesia. FHI edisi ke-10 ini menggali bagaimana teknologi seperti AI dan inovasi digital dapat mempercepat akses layanan, meningkatkan hasil perawatan, dan memperkuat ketahanan sistem kesehatan.

Salah satu temuan paling mencolok dari laporan ini adalah kesenjangan akut antara kebutuhan dan ketersediaan dokter spesialis di Indonesia. Setiap tahun, hanya sekitar 2.700 dokter spesialis yang dicetak, sementara kebutuhan nasional mencapai 29.000.

Akibatnya, 77% pasien melaporkan harus menunggu lama untuk bertemu dokter spesialis. Bahkan, 1 dari 3 pasien (33%) mengaku mengalami keterlambatan untuk mendapatkan layanan umum, dan lebih dari setengahnya (51%) mengatakan kondisi kesehatannya memburuk karena akses yang tertunda.

Meskipun situasi ini genting, baik pasien maupun tenaga kesehatan di Indonesia menunjukkan optimisme tinggi terhadap peran AI. Sebanyak 84% tenaga medis dan 74% pasien yakin teknologi ini dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan.

AI dinilai dapat mempersingkat waktu tunggu, membantu deteksi dini penyakit, dan mengurangi kebutuhan rawat inap. Namun, angka itu belum sepenuhnya tercermin dalam praktik sehari-hari. Salah satu penyebabnya adalah waktu klinis yang hilang karena alur kerja yang belum efisien.

“AI memiliki potensi luar biasa untuk meningkatkan akses layanan, mempersingkat waktu tunggu, dan meringankan beban tenaga medis,” ujar Astri Ramayanti Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia, Rabu, 23 Juli 2025.

“Namun untuk mewujudkan potensi tersebut, kita harus merancang dengan empati, membangun kepercayaan, dan memastikan implementasi yang bertanggung jawab,” lanjutnya. 

Sebanyak 62% tenaga kesehatan melaporkan kehilangan waktu kerja karena data yang tersebar atau tidak dapat diakses. Bahkan, hampir 1 dari 5 (18%) kehilangan lebih dari 45 menit setiap shift, setara dengan 23 hari kerja dalam setahun.

Tantangan besar lainnya adalah kepercayaan dan pemahaman terhadap AI. Meskipun sebagian besar tenaga kesehatan di Indonesia telah terlibat dalam pengembangan teknologi digital, hanya 41% merasa teknologi tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan kerja mereka.

Indonesia dinilai memiliki posisi strategis untuk memanfaatkan AI dalam sektor kesehatan, dengan dukungan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan peta jalan transformasi digital dari Kementerian Kesehatan. Namun, langkah ke depan harus menekankan desain yang inklusif dan regulasi yang jelas, serta kemitraan lintas sektor untuk menjembatani teknologi dengan kebutuhan nyata di lapangan.

“Membangun kepercayaan pada AI bukan sekadar tantangan teknologi, namun juga pada aspek manusia,” tegas Astri.

Dengan kolaborasi yang tepat, AI tidak hanya bisa menjadi alat bantu, tapi juga pintu masuk menuju layanan kesehatan yang lebih cepat, adil, dan menyeluruh bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

x|close