Ternyata hujan pun sudah diatur demi kelancaran pembangunan IKN. Pemandunya sendiri mengatakan mereka sangat tertolong dengan adanya rekayasa hujan.
"Walaupun itu mahal sekali. Kalau enggak salah sekali rekayasa hujan jumlah pesawat yang digunakan bisa sampai empat armada," ujar BHM.
"Jadi kalau dianggap perlu hujan dicarilah di awan di atas itu untuk dihujan kan. Kalau justru dianggap perlu jangan hujan dulu maka dicegatlah awan-awan dari tempat arah angin secara teknologi bisa hujan di sana," beber BHM.
BHM mengatakan dari perjalanannya ke IKN, ada satu hal yang membuat hatinya trenyuh yakni tentang patung burung Garuda yang didesain pematung I Nyoman Nuarta
"Saya ini pengagum I Nyoman Nuarta. Tapi saya terus terang melihat karya beliau di IKN ini karyanya sih bagus tapi konteksnya jadi salah. Karena kita kan menganggap Indonesia ini negara demokratis," ujarnya.
"Tapi kalau kita lihat istana dan konteks. Kita lihat itu seperti mengingatkan kita pada Germania di Berlin yang dirancang oleh Hitler. Konsep paradigmanya desain itu seperti Germania di tengah hutan industri," kata BHM.
"Yang lebih sedih Itu karena kebetulan kepalanya belum dipasang. Jadi itu patung itu seperti kelelawar. Betul-betul menyeramkan," ucapnya.