Ecep Suwardaniyasa Raih Gelar Doktor Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI

NTVNews - 1 Jun 2024, 09:13
Dedi
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ecep Suwardaniyasa Muslimin Ecep Suwardaniyasa Muslimin (Dok. Istimewa)

"Sejak peristiwa Bom Bali pada 2002, saya berada di lapangan untuk menggali lebih dalam peristiwa yang memilukan tersebut. Guru jurnalistik yang juga sudah seperti orang tua saya, Bapak Karni Ilyas, selalu mengajarkan bagaimana menjadi jurnalis yang bermartabat, senantiasa berada di lapangan, menggali informasi dari narasumber yang kredibel, dan lalu menyajikan secara eksklusif," tuturnya.

Ilmu dan pengalamannya tersebut membawanya menemukan apa yang disebut sebagai unsur kebaruan  atau novelty dalam penelitiannya. 

Ecep Suwardaniyasa Muslimin <b>(Dok. Istimewa)</b> Ecep Suwardaniyasa Muslimin (Dok. Istimewa)

"Novelti itu yakni, migrasi atau pergeseran gerakan dari cara lama ke cara baru. Semoga novelty ini bisa menjadi kontribusi bagi dunia akademis, penegak hukum dan semua pihak yang terkait dalam hal penanganan terorisme," tambahnya.

Dari simpulan penelitiannya, Ecep mengemukakan saran penting yang diharapkan mampu memberikan manfaat secara nyata bagi, pemerintah, masyarakat, penegak hukum, hingga media mainstream.

Menurutnya, penting untuk memahami cara-cara kelompok teroris merekrut anggota dan menyebarkan pesan mereka melalui media sosial dan situs web. 

Kemudian, dalam menghadapi ancaman propaganda terorisme, menurutnya, bisa dengan cara meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat, akan bahaya propaganda terorisme, dan cara mengidentifikasi propaganda tersebut. 

Halaman

TERKINI

Load More
x|close